Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

THERESIA DAN HARAPANNYA

Theresia berlatarbelakang pendidikan seni di Jurusan Seni Grafis Institut Seni Indonesia Yogyakarta, meneruskan kelas Magister di Penciptaan Seni Insitut Snei Indonesia Yogyakarta. Memiliki pengalaman berkesenian, tak hanya lingkupan lokal, nasional, bahkan sampai dibeberapa belahan dunia. Isu-isu yang pernah digarap dalam karyanya adalah menangkap rutinitas dan perkembangan tubuh anaknya dalam wilayah domestik, persoalan pengrusakan linkungan, dan religiusitas. Karya seni Theresia memang belum terlalu lama mengetengahkan persoalan religiusitas, konsep mendasar dan pembicaraan hal religius, berarti bicara tentang tema-tema yang bersumber dari Al Kitab. Walaupun masih tergolong baru, tetapi kompleksitas persoalan religi yang diketengahkan, menunjukkan karya ciptaan Tere memiliki latar belakang dan konsep yang matang. Religius ini muncul melalui Simbol-simbol yang bermuara pada harapan mendapatkan kehidupan yang tenteram dan damai. Harapan ini bukan tak mendasar, Tere yang memiliki latar

WIMO: Religiusitas Fotografi

Kecintaan Wimo Ambala Bayang pada dunia seni, sudah dimulai dari masa anak-anak. Masa kecil ia senang menggambar, dan beberapa aktifitas berkesenian lainnya. Wimo yang dilahirkan dan menghabiskan masa anak-anak di Kabupaten Magelang, sampai masa sekolah lanjutan tingkat atas. Saat jenjang perguruan tinggi, ia merantau ke Yogyakarta, untuk melanjutkan kecintaannya pada dunia seni. Mendaftar pada Minat Desain Interior Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia, tapi tak langsung di terima. Gagal, tak membuat Wimo putus asa, ia mendaftar di Modern School Design. Saat bergabung dengan lembaga pendidikan ini, bertempat tinggal pada komunitas fotografer. Saling interaksi dengan sesama fotografer, membuat Wimo mulai menyenangi dunia ini. Walaupun, dunia fotografi bukanlah hal baru baginya. Secara perlahan, informasi mengenai bidang ini dipelajari secara otodidak dari komunitas yang ada, sampai akhirnya Wimo memutuskan untuk mendalami fotografi secara profesional di bangku perkuliahan. Setel

SETU LEGI: Religiusitas dan Problematikanya

Deni S. Jusmani Persoalan pokok yang dibicarakan Setu Legi dalam karya instalasinya pada Jogja Biennale XI 2011 adalah manipulasi dan korupsi di bidang agama. Religiusitas bukan perkara benar atau salah, tapi bagaimana nilai religi tersebut mampu memberikan ketentraman dalam kehidupan sosial. Toleransi antara umat-umat beragama di Indonesia, semakin memprihatinkan. Ketika permasalahan individu masuk pada ranah lembaga, muncul ketidakadilan dalam penyelesaiannya. Ketegangan dan konflik antar-agama adalah wujud tak ada lagi saling toleransi didalamnya. Hal ini dikarenakan sudah ada penkultusan kelompok “paling benar”, sehingga yang lain menjadi kelompok “yang salah”. Konflik ini, tak serta merta diselesaikan dengan tuntas oleh lembaga-lembaga yang berkenaan langsung, bahkan pemerintah dan aparat penegak hukum, seolah tak berdaya meredakan ketegangan umat beragama. . ..... Karya instalasi Setu Legi, dengan tema “berhala”, sebetulnya bercerita mengenai sistemisasi rumit peristiwa berhaji,