Deni S. Jusmani, denijusmani@gmail.com
Sangat menarik, ketika mengamati kecenderungan pilihan gaya hidup masyarakat sosial sebagai upaya untuk mengeksiskan keberdaan diri pada level masyarakat tertentu. Terjadinya gradasi pada kehidupan sosial masyarakat dapat disebabkan beberapa alasan, misal: kebutuhan promosi, pencarian jati diri, perkara status sosial, atau semakin mendalam merujuk pada apa yang disebut mendominankan pikiran dan gaya bertindak pada kelompok masyarakat lain. Kebutuhan eksistensi diri pada ranah sosial terjadi dan didukung oleh kesepakatan dan negosiasi gaya berpikir yang merupakan akumulasi, tentunya berujung pada seberapa kuat modal yang digunakan untuk bereksis. Sehingga, yang sering terjadi adalah betapa kecenderungan ini menjadi akut dan akan mengabaikan ikatan emosional psikologis, tetapi lebih menunjukkan keeksisannya dengan tanda-tanda gaya hidup komunal. Pada akhirnya, perayaan konsumen melalui label festival konsumsi menjadi meriah, dukungan maksimal dari kelompok pemodal, rasa kebersamaan yang muncul pada pecinta gaya, semakin memberikan ruang-ruang yang menyenangkan.
Belanja dan ruangnya diciptakan dengan sempurna. Kelengkapan dengan beraneka ragam pilihan dihadirkan sebagai upaya menyemaikan kecintaan pada ruang-ruang massif, bukan saja untuk menyenangkan konsumen, tentunya ini yang semakin memberikan kesempatan bagi perumus gaya hidup untuk berkreasi menciptakan gaya-gaya baru. Belanja, untuk sebagian orang menjadi obat mujarab dan menjadi hiburan tersendiri dalam menghabiskan waktu dalam hari-hari tertentu. Label, trademark, atau pun tagline produk-produk yang menjadi tanda bagi pemenuhan hasrat-hasrat, adalah contoh obat mujarab ampuh bagi pemenuhan ruang eksistensi personal. Diciptakan penanda-penanda pada produk, sekaligus juga merupakan pengelompokkan ruang-ruang sosial masyarakat. Apa yang menjadi label dan trademark produk merupakan usaha mengkondisikan manusia-manusia pecinta gaya secara sadar mengelompok untuk beradaptasi sesuai dengan label dan trademark.
Para konsumen ini bolehlah disebut sebagai robot-robot yang pintar bergaya, dan tentunya memiliki modal cukup untuk menjawab kebutuhan-kebutuhannya sebagai upaya untuk eksis. Kesadaran konsumen ini dibentuk secara perlahan, menanamkan hasrat dengan konsisten, alat dan prasarana diciptakan untuk memaksimalkan pembentukan kebutuhan untuk hidup bergaya, sehingga tayangan iklan pada televisi atau media lain, menjadi kitab atau ensiklopedi yang wajib di tonton atau di baca untuk dijadikan sebagai pedoman panduan.
Perayaan konsumen ini merambah pada hampir setiap level kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Perayaan pendidikan, keagamaan, perkawinan, kelahiran, bahkan kematian pun dirayakan secara sadar oleh masyarakat. Pakaian adalah penanda paling sederhana dalam bentuk perayaan ini. Dikenalnya istilah dress code, menjadi pengikat masyarakat untuk berpakaian dalam rangka ikut bagian dalam perayaan. Perayaan pernikahan dan pendidikan, atau pesta-pesta lain, tentunya memiliki aturan-aturan yang mengikat masyarakat untuk berpakaian dengan gaya-gaya terbatas. Label acara secara langsung membatasi dan mengikat pesertanya untuk berpakaian secara “seragam”, sehingga festival konsumsi ini merupakan festival belanja, dan sekaligus untuk menyeragamkan manusia-manusianya.
Komentar
Posting Komentar