Langsung ke konten utama

KARAKTERISTIK KARYA SENI RUPA ANAK

KARAKTERISTIK KARYA SENI RUPA ANAK

A. TIPOLOGI

Tipologi merupakan gaya atau corak yang dapat diamati melalui hasil gambar anak.
Menurut Herbert Read, gambar anak berdasarkan gayanya dibedakan menjadi 12 macam, yaitu:


1. Organic
Berhubungan langsung dengan objek nyata, lebih suka obyek dalam kelompok daripada tersendiri, sudah mengenal proporsi dan hubungan organis yang wajar. Ciri khususnya hanya terdapat satu unsur.

2. Lyrical (Liris)
menggambar obyek realistis tetapi tidak bergaris. Obyek yang digambarkan statis dengan warna yang tidak mencolok.

3. Impressionism
Mementingkan detail yang dilihat dari obyek. Di dalam gambar ini lebih diutamakan kesan “suasana”.

4. Rhytmical Pattern (Pola Ritmis)
Menggambar pengulangan dari satu obyek yang dilihat. Sifatnya bisa organis atau liris dan selalu mengikuti pola umum (realistis).

5. Struktural Form (Bentuk yang bersusun)
Objek mengikuti rumus ilmu bangun yang diperkecil menjadi satu rumusan geometris.

6. Schematic
Menggambar dengan menggunakan rumus-rumus ilmu bangun tanpa ada hubungan yang jelas dengan susunan organis sesuai dengan pengamatan anak terhadap obyek secara simbolis.

7. Haptic
Menggambar imaji hasil rabaan tidak berdasarkan pengamatan visual suatu objek tetapi bukan skematik.

8. Expressionism
Gambar ini menujukkan bagaimana anak melihat dunia. Anak mengamati obyek visual kemudian diolah sehingga tampak dilebih-lebihkan dan berubah dari bentuk asalnya.

9. Enumerative
Anak menggambar pada bidang datar tanpa ada yang dilebih-lebihkan. Tidak ada unsur pribadi muncul pada gambar, seakan-akan sebuah potret dari sebuah obyek.

10. Decorative (Dekoratif)
Anak menggambar dalam bentuk dua dimensi dan mengubahnya menjadi pola yang menarik.

11. Romantic (Romantik)
Anak menggambar dari tema yang diambil dari kehidupan yang dipertajam dengan fantasi. Gambar ini merupakan gabungan antara ingatan, imajinasi, dan rakayasa.

12. Literary (Khayalan)
Gambar ini bertema khayal yang berasal dari dalam dirinya atau dengan imajinasinya menciptakan bentuk-bentuk baru.

Kategori-kategori tersebut kemudian disesuaikan dengan type psycholisnya Yung yang bisa digambarkan sebagai berikut :
a. Type Thinking : Extravert = enumeratif
Introvert = organic
b. Type Feeling : Extravert = dekoratif
Introvert = imaginative
c. Type Sensation : Extrovert = emphatetik
Introvert = expressionis (heptik)
d. Type Intuition : Extrovert = ‘rhitmycal pattern’
Introvert = ‘structural form’



Menurut Victor Lowenfeld ungkapan kreatif (menggambar) anak dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Tipe Visual
Anak yang tergolong ke dalam tipe ini memiliki ketajaman menghayati sesuatu melalui indera penglihatannya. Dalam mengungkapkan sesuatu melalui bentuk, anak itu memperhatikan dan mementingkan kesamaan karya dengan bentuk yang dihayatinya, serta memperhitungkan pula proporsinya (perbandingannya). Pernyataan ruang dalam gambar telah bisa dipecahkan dengan menggambarkan benda-benda yang lebih kecil, dengan menggunakan ilmu perspektif. Demikian pula warna-warna dipilihnya hampir sesuai dengan warna-warna yang ada pada benda. Hasil keseluruhannya hampir sesuai dengan kenyataan yang melalui penglihatannya, atau setidak-tidaknya cenderung kea rah itu.

2) Tipe Haptic
Berlainan dengan tipe visual yang banyak menggunakan pengamatan, tipe ini banyak menggunakan perabaan dan penghayatan lain di luar pengahayatan visual. Apa yang ada harus di diluar dirinya harus digambar sesuai dengan reaksi emosional tidak dari hasil penglihatannya. Hasilnya cenderung lebih bersifat ungkapan ekspresi pribadi daripada berorientasi pada kenyataan yang ada.
Ciri-ciri yang tampak yang tampak pada gambar ini antara lain ialah munculnya garis/bentuk yang sifatnya sangat individual/pribadi, perspektif tidak menjadi perhatian. Dalam hal ini anak cenderung menonjolkan bagian-bagian yang dianggap penting saja dalam obyeknya, jadi menggunakan pertimbangan nilai yang sesuai dengan dirinya sendiri. Yang penting digambar lebih besar daripada bagian yang kurang penting. Warna yang dikemukakan adalah wujud dari reaksi emosinya. Bentuk, warna, situasi tidak terikat dengan kenyataan yang ada di alam. Hasil gambarnya tampak lebih cenderung bersifat sangat individual.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apresiasi dan Interpretasi Karya Seni

APRESIASI Feldman (1967) dan Smith (1967) mengelompokkan aktivitas apresiasi seni berdasarkan kepada proses persepsi dan intelektual melalui empat tahap, yaitu:  a. Menggambarkan  Mengamati hasil karya seni dan menggambarkan sifat-sifat yang terlihat, seperti: warna, garis, bentuk, rupa, tekstur, bidang, ruang, jalinan dan elemen-elemen gubahan yang termasuk sebagai prinsip dan struktur. Menggambarkan pada ranah lain dapat disebut sebagai mendeskripsikan tentang suatu bentuk atau tema dari sebuah gambar ekspresi. Menggambarkan dapat dilihat sebagai usaha untuk membaca hasil dari aktivitas anak-anak ketika menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui karya seni.  b. Menganalisa  Menganalisa hubungan sifat-sifat tampak seperti unsur-unsur seni, prinsip, dan stuktur. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: menganalisa kualitas ekspresif, seperti: mood dan suasana; menguraikan gaya suatu karya. Beberapa bagian karya gambar ekspresi akan menampilkan r

KONSEP SENI Bagian Ke-2

Aspek Fisik, Isi, Estetik dan Nilai Seni jika dipandang dari segi bentuk dan dimensinya terdapat karya seni dengan dua dimensi dan tiga dimensi. a. Pada karya dua dimensi, suatu yang nampak datar juga mempunyai kesan-kesan volume, kedalaman dan ruang, namun hanya tipuan pandang semata. Karya seni dua dimensi disebut semi visual, karena diserap oleh indra penglihatan. b. Karya seni tiga dimensi disebut juga karya seni spasial , karena terdapat tiga dimensi yang harus benar-benar diperhatikan. Dalam seni tiga dimensi, pelaku seni melibatkan indra gerak dan raba. Pada dekade selanjutnya, para peneliti keindahan ,terutama di Jerman, menghimpun pola-pola melalui pemasangan komponen komponen sederhana, mengukur kompleksitas dan bagaimana sistematika pengaturannya, sehingga nilai keindahan sebuah objek dapat dinilai. Namun cara penyelidikan ini tidak sangat berhasil. Banyak seniman menemukan figur yang indah, sebagai pekerjaan Seni yang nyata, tetapi tidak harus/dapat dikai